Kekonyolan Orang Indonesia

Beberapa waktu yang lalu, saya mengalami beberapa hal yang tidak menyenangkan, dimana terjadi dalam satu hari. Saya benar - benar benar tidak habis pikir. Selama ini saya selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi orang lain, saya tidak pernah berpikir berapa besar hal yang telah saya berikan kepada orang yang saya hormati. Sewaktu kecil saya pernah bertengkar dengan kakak saya karena kakakku tidak merawat dan memperlakukan layang - layang teman dengan baik. Saya selalu mencoba untuk respect, dan menjadi seseorang yang baik walapun kadang orang lain mungkin tidak puas dengan apa yang saya berikan. Mungkin apa yang saya lakukan merupakan hal yang kecil & sepele, namun itu yang bisa saya berikan. Prinsip saya adalah memberikan manfaat bagi orang yang ada disekitar saya. Akan tetapi, saya harus berhadapan dengan orang yang ternyata memiliki kepribadian yang berbanding terbalik dengan saya.


Pertama, antri adalah hal yang sepele, tapi tidak bagi orang Indonesia. Mulai dari kalangan anak - anak sampai tua, selalu berebut, seperti ayam berebut makanan. Sangat banyak pengalaman ketika saya antri dan diserobot. Pengalaman yang paling membuat saya kecewa adalah ketika saya diserobot orang yang saya hormati. Ada seorang penjual makan didepan tempat tinggal saya dengan keadaan ekonomi yang bisa dikatakan pas - pasan. Ketika saya membeli dagangannya, saya sempatkan berbincang - bincang. Kami memang tidak terlalu akrab. Tapi saya cukup terkejut ketia saya berada disebuah antrian, beliau langsung main serobot tepat di depan saya. Rasa hormat saya kepada beliau langsung hilang, berubah menjadi kekecewaan. Kejadian seperti ini tak lepas karena keegoisan sang pelaku yang ingin enaknya sendiri. 



Kedua, bagaimana mungkin orang berkata kurang nyaman untuk didengar kepada orang yang meminta bantuannya, padahal sudah menjadi pekerjaannya untuk membantu orang tersebut. Ini saya alami ketika saya harus berurusan dengan birokrasi. Kita tentu tau betapa sulitnya melewati medan birokrasi. Belum lagi dilempar kesana - kemari. Nah kejadian ini saya alami ketika ada kesalahan teknis terhadap berkas yang saya ajukan ke birokrasi tersebut. Saya diminta menemui seseorang, tentusaja di lokasi yang berbeda dengan kantor birokrasi tadi. Setelah bertemu dengan orang tadi saya sudah mendapat sambutan yang kurang nyaman. Dan ketika proses konsultasi berlangsung, banyak kata - kata yang menurut saya tidak nyaman didengar. Ketika saya sedang diskusi dan berfikir sejenak untuk melengkapi form, beliau berkata kepada saya "Bisa lebih cepet ga? Ini mau dipake !!". Hah..?? tentu saya sangat terkejut dengan kata - kata tersebut. Saya datang dengan sesopan mungkin, dan orang tersebut yang memiliki kewajiban utnuk membantu orang yang memiliki masalah yang saya hadapi. Tapi yang saya hadapi seperti preman hendak ngusir orang.


Ketiga, ternyata di Indonesia, hidup sesosok makhluk yg memaki & mengancam orang yang mencoba membantu & memberikan pemahaman yang baik kepada dia. Suatu hari saya menerima telepon dari seseorang yang hendak konsultasi. Awalnya beliau menanyakan sesuatu dan berusaha membanding -  bandingkan dengan produk/ jasa lain. Nah ditengah konsultasi tadi beliau mengutarakan sebuah pendapat yang salah mengenai apa yang beliau konsultasikan, otomatis saya dengan sesopan mungkin mencoba meluruskan pemahaman beliau, dan memberitahu bahwa informasi yang beliau terima itu salah. Saya kaget, tanggapan yang saya terima di luar ekspetasi saya. Tiba - tiba saja beliau mengeluarkan nada tinggi, mulai mendebat. Dan tentu saya tetap memgang teguh pendirian saya karena saya merasa benar dan ada dokumentasi resmi mengenai hal tersebut, hingga akhirnya keluar ancaman akan membuat laporan penipuan atas apa yang saya katakan. What???...konyol bukan ?? Jelas - jelas ada dokumentasi resmi, yang mendukung pendapat saya, akan tetapi beliau tetap ngeyel dan malah keluar dari topik, berganti menjadi sumpah - serapah, makian, dan ancaman. pada akhirnya konsultasi berakhir dengan kekecewaan.


Keempat, keinginan untuk menang sendiri dengan mengorbankan orang lain. Sama seperti antri tadi, ini merupakan penyakit orang Indonesia yang mungkin sudah mendarah daging. Suatu sore saya terjebak macet. Disebuah pertigaan yang semrawut karena tidak ada polisi. Dan tiba - tiba saja seseorang keluar dari mobil, mengacungkan pistol, membuka jalur untuk mobilnya. Mungkin bagi dia, dia merasa seperti jagoan, tapi bagi orang lain, terlihat seperti pecundang. Hal ini juga terjadi seperti yang sedang hangat diberitakan di media akhir -akhir ini. PKL yang menduduki badan jalan dan menolak direlokasi. Suatu hal yang biasa di Indonesia di mana dari rakyat kalangan bawah sampai kalangan atas ingin mendapatkan keuntungan sebesar - besarnya dan tentu saja dengan melupakan hak - hak orang lain. Lebih takut makan daging babi daripada makan uang hasil korupsi.

Menjadi Seorang Introvert

Awalnya dulu saya adalah anak yang suka bermain bersama teman - teman. Saya memiliki banyak teman sewaktu kecil, kami biasa menghabiskan hari bersama - sama. Saya memang dikenal sebagai anak pendiam dan pemalu namun waktu itu masih suka bermain dan keluar rumah bersama kakak. Akan tetapi semakin lama, saya merasa semakin nyaman ketika sendirian. Sehingga saya banyak menghabiskan waktu dirumah bermain dibawah pohon. Anehnya saya tidak pernah bosan sendirian, entah itu sekedar ber-imajinasi atau melakukan hal - hal yang menurutku menarik & menyenangkan. Seteah SMP, saya melanjutkan studi ke kota yang cukup jauh dengan rumah sehingga saya harus kost. Ini frase dimana introvert saya semakin berkembang. Saya banyak menghabiskan waktu sendirian di kamar kost, dan tentu saja saya mendapatkan julukan "anak kamar" dari teman - teman penghuni kost. Pada saat liburan, saya merasa rumah adalah tempat terbaik untuk beristirahat selama liburan, bukan pergi ke mall, bioskop, atau tempat lainnya.


Lambat laun saya tidak hanya nyaman ketika sendirian, namun juga mulai merasa tidak nyaman ketika harus bertemu dengan orang lain. Saya mulai memiliki rasa khawatir ketika harus bertemu orang asing, dan lokasi asing. Dan akhirnya, saya menjadi seorang anxiety disorder. Ada hal yang unik dari banyak buku yang saya baca mengenai kepribadian introvert, mereka yang memiliki kepribadian ini biasanya juga memiliki anxiety disorder dan otomatis juga memiliki social phobia. Anxiety ini bagi saya adalah kecemasan berlebih pada sesuatu yang bahkan sama sekali tidak terjadi. Orang mungkin berpikir bahwa mengisi bensin pada saat berangkat kerja adalah hal yang biasa, tapi bagi saya, itu adalah hal yang mampu membuat saya khawatir. Biasanya saya mengkhawatirkan masa lalu, masa depan, dan hal yang tidak pernah terjadi. Bagi saya pribadi sebenarnya saya merasa ini hal yang aneh dan menganggu, namun selalu saja muncul dalam pikiran.


Mungkin banyak yang berpikir orang introvert hanya sekedar gaya-gayaan, tapi ini benar - benar menyakitkan ketika bersosialisasi menjadi hal yang membuat Anda sangat tidak nyaman, namun harus Anda lakukan. Ketika bertemu dengan orang lain membuat Anda merasa sangat gusar, bahkan untuk sekedar minum kopi di cafe dengan kawan lama. Kemudian orang akan menganggap Anda sebagai orang yang sombong, lalu Anda bisa melihat mereka mulai menjauh. Ada banyak teman yang kecewa karena saya menolak untuk sekedar bersua menikmati waktu bersama. Saya bukan benci atau tidak suka, hanya saja saya lebih suka untuk tidak melakukannnya. Pernah suatu ketika saudara sepupu saya sendiri mengajak untuk pergi kesuatu tempat, dan saya menolaknya, dia marah, dan sampai saat ini hubungan kami cukup jauh. Saya sendiri merasa bersalah atas ketidakmampuan saya berkomunikasi dengan baik.

Tentu saja saya bukan orang yang asik untuk diajak bicara, mungkin lebih cenderung kaku dan membosankan. Saya sendiri mengakui hal itu. Saya cenderung mengabaikan pertanyaan - pertanyaan yang tidak penting. Terkadang saya lebih memilih untuk tersenyum ketika ada seseorang yang menyanyakan suatu pertanyaan yang menurutku itu adalah pertanyaan yang tidak butuh jawaban. Saya bukan orang yang ahli dalam memulai pembicaraan. Yang bisa saya lakukan selama ini hanya sekedar mengikuti pertanyaan dari orang lain. Dan tentu saja saat ini saya masih single. Jika ada orang pendiam tapi ganteng, masih banyak gadis yang akan mendekatinya, nah kalau udah ga ganteng tapi juga pendiam ? Selamat datang di dunia Galau Diatas Normal.

Di sisi selain kekurangan yang saya dapatkan dari pribadi introvert, saya merasa memiliki kemampuan yang juga saya anggap sangat membantu dalam kehidupan saya. Misalnya, saya seseorang perencana yang baik, saya selalu membuat alternatif sebanyak mungkin atas kegagalan yang mungkin terjadi pada hal sekecil apapun. Saya selalu menyiapkan rencana cadangan yang saya bisa gunakan sebagai alternatif.

Supernatural : Bersepeda Dengan Kakak

Orang tua jaman dulu sering mengatakan bahwa, sekali seseorang pernah bertemu dengan hal supernatural, maka di waktu yang akan datang, akan mudah menjumpai hal serupa. Dan itu yang sepertinya terjadi padaku. Kejadian ini aku alami waktu aku duduk di bangku SMP. Sehabis Isya' aku dan kakaku memutuskan untuk bersepeda sekedar melepas penat. Awalnya melewati jalan raya yang cukup ramai. Kemudian saat hendak pulang ke rumah, kami melewati pedesaan yang amat sepi. Di pedesaan tersebut banyak jalan yang melewati kebun kosong.

Ilustrasi Kebun Kosong

Suasana cukup gelap dan sepi waktu itu. Dan saya mulai merasakan suasana yang tidak nyaman. Saya mulai cemas dan mulai memperhatikan sekeliling. Alangkah terkejutnya saya ketika melihat sesosok benda putih tergantung di pepohonan. Aku langsung memaksa kakakku untuk berbelok. "Memangnya kenapa ?" tanya kakakku yang kebingungan. "Pokoknya belok" jawabku sambil ketakutan. Akhirnya kami belok ke arah perkampungan yang lebih ramai. Sesampai di rumah, baru aku ceritakan apa yang aku lihat. Dari situ orang tuaku bercerita kalau tempat itu memang pernah digunakan untuk bunuh diri dengan cara gantung diri. Sampai saat ini, saya masih berpikir dua kali untuk melewati jalan tersebut, mungkin akan memilih jalan alternatif lain, walaupun agak jauh.

Supernatural : My Little Brother

Waktu itu habis maghrib sekitar pukul 18:30, langit sudah gelap terlebih mendung setelah hujan. Aku duduk di ruang tamu bersama adikku yang masih berumur kurang lebih 3 tahun waktu itu. Lampu ruang tamu mati dan belum diperbaiki. Ibu pergi keluar rumah sebentar untuk membeli kebutuhan sehari - hari. Sedangkan yang lain juga sedang keluar rumah, entah sedang pergi kenduri atau kemana aku tidak tahu, yang pasti tinggal aku dan adikku yang ada di rumah.

Awalnya adikku terlihat cukup ceria, bermain dan tertawa. Akan tetapi tiba - tiba adikku menangis dan memelukku. Aku pun bertanya kenapa dia menangis, dan adikku memberikan isyarat yang membuatku terkejut. Adikku menangis, sambil menunjuk di ruang kosong & gelap sambil berkata "ituu..ituuu" dengan logat yang belum sempurna. Di tempat yang ditunjuk, aku tidak melihat apapun kecuali ruang kosong. Setiap kali adikku mencoba melongok, tangis adikku semakin menjadi, akhirnya aku peluk dan aku gendong ke tempat lain.

Beberapa waktu setelah kejadian itu, ada tetangga yang kebetulan akrab dengan keluarga kami menginap, dan tidur di ruang tamu kami. Beberapa hari kemudian, dia bercerita melihat sebuah lengan tanpa badan tergeletak di lantai.


Pengalaman Supernatural Pertama Kali : Banaspati

Saya mulai menulis tulisan ini karena terinspirasi dari blog CreepyPasta yang bercerita tentang kehidupan supernatural. Sebagai kata pengantar, perlu diketahui saya buka orang yang agamis. Saya tipe orang yang cukup open mind. Dulunya saya orang yang agamis, saya cukup aktif dalam kegiatan keagamaan di rumah ibadah dekat kost, akan tetapi saya jatuh ke titik kepercayaan terendah ketika saya melihat orang - orang yang saya dengarkan nasihatnya melakukan dan mengajarkan tindakan diluar peri kemanusiaan dengan dalih menjalankan agama. Orang yang membawa saya ke jalan religius pun terang - terangan melakukan apa yang dilarang didepan mata saya. Hal tersebut membuat saya harus belajar konsep ketuhanan dari awal lagi, dan sampai saat ini saya masih mencoba belajar.

Akan tetapi saya tidak pernah membantah bahwa Tuhan itu ada, karena saya memiliki pengalaman yang tidak bisa saya terima secara logika, sama dengan konsep ketuhanan itu sendiri. Satu - satunya hal yang membuat saya masih percaya bahwa Tuhan itu ada adalah pengalaman tabu yang saya alami dan saya ingat dengan jelas sampai saat ini. Jin atau Hantu mungkin terdengar konyol bagi sebagian orang. Namun bagi yang pernah memiliki pengalaman, tentu akan menjadi sebuah cerita yang menarik.

Peristiwa ini terjadi saat saya masih berumur sekitar 9 tahun. Waktu itu saya main ke rumah Pakdhe, bermain koleksi bekas bungkus rokok. Waktu itu bekas bungkus rokok adalah suatu hal yang keren, anak - anak mencari dan mengumpulkan bekas bungkus rokok sebanyak - banyaknya. Ada yang dibuat jadi hiasan, mainan, ada pula yang hanya ditupuk. Melihat koleksi kakak seppupu yang cool abis, saya pun ingin memamerkan koleksi ku yang ada dirumah. "Aku juga punya yang seperti itu, aku ambil dirumah dulu ya", kataku. Rumahku tidak terlalu jauh dengan rumah pak dhe ku, hanya saja melewati kebun kosong beberapa puluh meter.  "Di luar hujan, pakai caping, nanti basah", kata Budhe ku sambil memakaikan caping di kepalaku. Saya tinggal di desa, jadi caping bukan hal yang aneh. Setelah siap sedia, saya berangkat pulang ke rumah untuk mengambil koleksi bungkus rokokku melewati kebun kosong.

Sampai di tengah kebun kosong, saya melihat seberkas cahaya. Awalnya saya merasa senang karena saya tidak sendirian, mungkin ada orang yang juga kebetulan lewat, pikirku. Cahaya terlihat semakin dekat dan saya bisa melihat dengan jelas benda yang bercahaya tersebut. Benda itu berupa lampu teplok atau lampu semprong.
Ilustrasi Lampu Teplok
Hanya saja ada yang sedikit aneh di lampu tadi. Ukurannya terlihat cukup besar. Dan yang paling aneh adalah nyala lampunya. Nyala lampu bukan berwarna kuning atau kuning kemerahan, tapi berwarna merah darah, sehingga keadaan disekitarnya juga berwarna merah. Saya berhenti sejenak dan mengamati lampu tadi. Bergerak cukup cepat melewati pepohonan dan mulai mendekat. Setelah beberapa meter mendekat saya mulai menyadari bahwa tidak ada seseorang yang memegang lampu itu. Lampu tadi terlihat sangat jelas melayang di udara dan bergerak. Setelah menyadari itu bukan hal yang biasa, saya pun ketakutan dan mulai mengambil langkah seribu, kembali ke rumah pakdhe, sampai sampai saya tidak menyadari menendang batu bata hingga hancur dan terasa sakit beberapa jam kemudian. 

Sampai di rumah pakdhe, saya ceritakan apa yang saya alami. Mereka hanya tertawa dan menawarkan untuk mengantar saya pulang. Saya tidak tahu persis nama benda/mahkluk yang saya temui, beberapa orang menyebutnya banaspati. Suatu pengalaman yang menarik bagi saya walaupun membuat saya kocar kacir. Pengalaman yang sedikit menceritakan tentang banyak hal yang manusia tidak ketahui.

Copyright © / Candra Aditama

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger