Menjadi Seorang Introvert

Awalnya dulu saya adalah anak yang suka bermain bersama teman - teman. Saya memiliki banyak teman sewaktu kecil, kami biasa menghabiskan hari bersama - sama. Saya memang dikenal sebagai anak pendiam dan pemalu namun waktu itu masih suka bermain dan keluar rumah bersama kakak. Akan tetapi semakin lama, saya merasa semakin nyaman ketika sendirian. Sehingga saya banyak menghabiskan waktu dirumah bermain dibawah pohon. Anehnya saya tidak pernah bosan sendirian, entah itu sekedar ber-imajinasi atau melakukan hal - hal yang menurutku menarik & menyenangkan. Seteah SMP, saya melanjutkan studi ke kota yang cukup jauh dengan rumah sehingga saya harus kost. Ini frase dimana introvert saya semakin berkembang. Saya banyak menghabiskan waktu sendirian di kamar kost, dan tentu saja saya mendapatkan julukan "anak kamar" dari teman - teman penghuni kost. Pada saat liburan, saya merasa rumah adalah tempat terbaik untuk beristirahat selama liburan, bukan pergi ke mall, bioskop, atau tempat lainnya.


Lambat laun saya tidak hanya nyaman ketika sendirian, namun juga mulai merasa tidak nyaman ketika harus bertemu dengan orang lain. Saya mulai memiliki rasa khawatir ketika harus bertemu orang asing, dan lokasi asing. Dan akhirnya, saya menjadi seorang anxiety disorder. Ada hal yang unik dari banyak buku yang saya baca mengenai kepribadian introvert, mereka yang memiliki kepribadian ini biasanya juga memiliki anxiety disorder dan otomatis juga memiliki social phobia. Anxiety ini bagi saya adalah kecemasan berlebih pada sesuatu yang bahkan sama sekali tidak terjadi. Orang mungkin berpikir bahwa mengisi bensin pada saat berangkat kerja adalah hal yang biasa, tapi bagi saya, itu adalah hal yang mampu membuat saya khawatir. Biasanya saya mengkhawatirkan masa lalu, masa depan, dan hal yang tidak pernah terjadi. Bagi saya pribadi sebenarnya saya merasa ini hal yang aneh dan menganggu, namun selalu saja muncul dalam pikiran.


Mungkin banyak yang berpikir orang introvert hanya sekedar gaya-gayaan, tapi ini benar - benar menyakitkan ketika bersosialisasi menjadi hal yang membuat Anda sangat tidak nyaman, namun harus Anda lakukan. Ketika bertemu dengan orang lain membuat Anda merasa sangat gusar, bahkan untuk sekedar minum kopi di cafe dengan kawan lama. Kemudian orang akan menganggap Anda sebagai orang yang sombong, lalu Anda bisa melihat mereka mulai menjauh. Ada banyak teman yang kecewa karena saya menolak untuk sekedar bersua menikmati waktu bersama. Saya bukan benci atau tidak suka, hanya saja saya lebih suka untuk tidak melakukannnya. Pernah suatu ketika saudara sepupu saya sendiri mengajak untuk pergi kesuatu tempat, dan saya menolaknya, dia marah, dan sampai saat ini hubungan kami cukup jauh. Saya sendiri merasa bersalah atas ketidakmampuan saya berkomunikasi dengan baik.

Tentu saja saya bukan orang yang asik untuk diajak bicara, mungkin lebih cenderung kaku dan membosankan. Saya sendiri mengakui hal itu. Saya cenderung mengabaikan pertanyaan - pertanyaan yang tidak penting. Terkadang saya lebih memilih untuk tersenyum ketika ada seseorang yang menyanyakan suatu pertanyaan yang menurutku itu adalah pertanyaan yang tidak butuh jawaban. Saya bukan orang yang ahli dalam memulai pembicaraan. Yang bisa saya lakukan selama ini hanya sekedar mengikuti pertanyaan dari orang lain. Dan tentu saja saat ini saya masih single. Jika ada orang pendiam tapi ganteng, masih banyak gadis yang akan mendekatinya, nah kalau udah ga ganteng tapi juga pendiam ? Selamat datang di dunia Galau Diatas Normal.

Di sisi selain kekurangan yang saya dapatkan dari pribadi introvert, saya merasa memiliki kemampuan yang juga saya anggap sangat membantu dalam kehidupan saya. Misalnya, saya seseorang perencana yang baik, saya selalu membuat alternatif sebanyak mungkin atas kegagalan yang mungkin terjadi pada hal sekecil apapun. Saya selalu menyiapkan rencana cadangan yang saya bisa gunakan sebagai alternatif.

1 comments:

Ika Rizky said... | January 27, 2019 at 3:10 PM

Semangat, saya juga seorang introvert dan mengalami social phobia dan menurut saya itu sangat menyakitkan. Tuntutan pekerjaan membuat saya harus berpura-pura sebagai ekstrovert.

Copyright © / Candra Aditama

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger