Alasan Mengapa Aku Jarang Nonton Bola

Dulu aku adalah penggemar Juventus. Idola pertama aku adalah Del Pierro. Pernah pula jam 03:00 pagi hari aku pergi ke rumah Pakdhe hanya untuk menonton pertandingan team idola karena TV di rumah sedang rusak. Tiap sore dulu aku sering ikut sepak bola dengan desa tetangga,atau sekedar melihat. Sewaktu SD kelas 5 aku masih ingat hampir setiap sore nonton pertandingan voli di dekat rumah simbah. 17-an tak lupa menjadi supporter aktif semasa SMP, jujur tidak pernah menjadi pemain team dusun karena aku tidak pernah ikut kegiatan kepemudaan, bahkan jarang ada yang mengenalku karena aku harus merantau selepas SMP.

Tetapi, aku seperti terlahir untuk menghadapi kekalahan. Setiap kali menonton pertandingan, tentu kita biasa menjagokan salah satu team dengan harapan kemenangan. Anehnya, hampir 90% team yang aku jagokan berahir dengan kekalahan. Bahkan Juventus haru keluar dari Serie A. Hal ini juga berlaku pada pertandingan yang aku saksikan didunia nyata, sepak bola antar dusun, voli, olimpiade, dsb. Bukankah cukup menyakitkan jika harus menyaksikan team yang kita dukung mengalami kekalahan.





Sampai pada titik aku mulai menyalahkan diriku atas kekalahan team idola. Mungkin, jika aku tak mendukung mereka, mengacuhkan mereka, mungkin mereka akan menang. Mungkin aku hanya pembawa sial bagi mereka. Aku pernah berbohong mendukung team yang tidak aku suka dengan harapan team idola menang, tapi tetap saja team yang aku dukung dalam hati harus mengalami kekalahan.

Sejak SMK kelas 2, saya mulai menjauh dari melihat pertandingan live, lebih suka langsung membaca berita esok harinya. Paling tidak, aku pura - pura tidak peduli dengan harapan team menang. Kekalahan adalah hal yang wajar. Kekalahan yang terus - menerus semakin lama terasa semakin aneh.

0 comments:

Copyright © / Candra Aditama

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger